Salah satu kebiasaan yang banyak dilakukan orang menjelang pergantian tahun adalah membuat rencana atau resolusi untuk tahun yang baru. Biasanya hal ini dibuat di minggu-minggu terakhir tahun sebelumnya, supaya persis ketika tahun yang baru dimulai, kita sudah bisa mulai membiasakan diri untuk melaksanakan komitmen baru ini.
Saya sendiri tidak membuat banyak rencana atau resolusi untuk tahun 2022 ini. Hanya rutinitas yang ingin diperbaiki seperti olahraga setiap hari, atau baca Alkitab setiap hari.
Di akhir tahun 2021, saya punya keyakinan dan semangat bahwa saya pasti bisa konsisten melakukannya, start dari tanggal 1 Januari 2022. Tapi dalam kenyataannya, sejujurnya setiap hari merupakan perjuangan. Melakukan sesuatu yang baik secara konsisten di tahun 2022 sama sulitnya seperti mencoba konsisten di tahun 2021.
Kalau begini, sebenarnya perlukah kita membuat rencana awal tahun?
Hidup kita terbatas dan waktu berlalu dengan cepat
Hampir satu minggu kita telah menjalani tahun 2022. Sebenarnya singkat saja ya satu tahun itu berjalan. Dari lima puluh dua minggu dalam setahun, tidak terasa satu minggu sudah selesai. Sisa 51 minggu lagi untuk kita kerjakan.
Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.
Efesus 5:15-17 (TB)
Paulus memberikan peringatan ini kepada jemaat di Efesus. Peringatan ini ditujukan kepada kita semua di masa sekarang ini. Waktu berjalan dengan begitu cepat, dan setiap hari kita diperhadapkan kepada begitu banyak hal yang mengalihkan perhatian kita dari hal-hal yang harus kita lakukan. Dunia menawarkan begitu banyak kegiatan, berita, hiburan, dan juga di dalamnya ada banyak penderitaan dan persoalan yang membuat kita mudah sekali keluar dari fokus hidup kita.
Waktu adalah pemberian Allah bagi kita manusia. Pemberian ini tidak digunakan dengan baik bahkan terbuang percuma bila kita tidak menggunakannya sesuai dengan kehendak Allah yang memberikannya kepada kita. Karena waktu berjalan dengan cepat, maka kita harus bisa menggunakannya dengan baik dan bijak. Salah satunya dengan membuat rencana.
Rencana dulu, atau berdoa dulu?
Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab kepada-Mulah aku percaya! Beritahukanlah aku jalan yang harus kutempuh, sebab kepada-Mulah kuangkat jiwaku.
Mazmur 143:8 (TB)
Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk berpikir dan membuat rencana. Kemampuan ini sendiri datangnya dari Tuhan, yang memang Dia berikan supaya kita dapat menjadi wakil-Nya di dunia, sebagai makhluk yang paling tinggi akal budinya dan bisa mengolah bumi serta segala isinya.
Yang saya pribadi sering lakukan adalah terlebih dahulu menganalisa keadaan, berpikir tentang solusi dan kemudian membuat rencana untuk mengatasi atau memperbaiki keadaan itu. Baru setelahnya berdoa meminta Tuhan memberkati rencana saya.
Tetapi Alkitab berkata, kita manusia mampu untuk membuat rancangan kita sendiri, tetapi akhirnya Tuhan lah yang memutuskan jalan mana yang harus kita tempuh. Jadi, mengapa kita tidak berdoa dulu?
Di dalam perjalanan bangsa Israel dari tanah Mesir menuju Kanaan, berkali-kali kita melihat Musa dan Yosua datang kepada Tuhan untuk meminta petunjuk tentang jalan mana yang mereka harus tempuh atau apa yang harus mereka lakukan dalam melawan bangsa lain yang mengancam mereka. Setelahnya pun kita membaca bahwa Saul dan Daud perlu pergi ke Samuel atau Imam Besar untuk memohonkan petunjuk dari Allah untuk memimpin langkah orang Israel selanjutnya.
Kita perlu melibatkan Tuhan dari awal di dalam segala perencanaan kita, dan bukan hanya meminta persetujuan dan berkat-Nya setelah kita merancang sendiri.
Fokus perencanaan kita: Kemuliaan Tuhan
Goal dalam kehidupan kita bukanlah bahwa kita mampu mengatasi masalah atau meningkatkan kualitas kehidupan kita. Tujuan utama dalam kehidupan kita adalah melaksanakan kehendak Tuhan di dalam kehidupan kita.
Hal ini bukan berarti bahwa kita tidak boleh melakukan atau merencanakan hal-hal yang ‘duniawi’ dan hanya memfokuskan diri di dalam dunia pelayanan. Misalnya dengan berkomitmen setahun ini hanya untuk urusan gereja saja, tapi tidak perlu berhubungan dengan hal-hal lain di luar gereja.
Sebaliknya, tidak ada sikap membedakan hal yang duniawi dan sekular di dalam kehidupan orang percaya! Hubungan dan cinta kepada Tuhan haruslah bisa direfleksikan di dalam hubungan kita dengan sesama kita. Dan juga di dalam segala kegiatan yang kita lakukan setiap harinya.
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Efesus 2:10 (TB)
Berfokus pada kemuliaan Tuhan di dalam merencanakan apa yang akan kita lakukan berarti berfokus pada kehendak Allah: yaitu melakukan segala sesuatu di dalam rasa kasih terhadap Dia dan terhadap sesama kita.
Segala kegiatan yang kita lakukan haruslah menyenangkan hati Tuhan, seturut Firman-Nya dan tidak bertentangan dengan ketetapan-Nya, memberikan manfaat kepada sesama dan kepada diri sendiri. Semua yang kita rencanakan hendaknya merupakan sesuatu yang kita lakukan karena kita mengasihi Tuhan dan bersyukur atas segala karunia-Nya.
Kita bisa membuat rencana tahun baru untuk rajin berolahraga, misalnya – karena kita mensyukuri kesehatan yang Tuhan berikan kepada kita dan ingin menjaganya supaya kita boleh terus sehat dan bisa melakukan segala sesuatu secara optimal untuk pekerjaan Tuhan yang lainnya. Atau kita bisa merencanakan untuk belajar bahasa yang baru di sepanjang tahun yang baru ini, agar pengetahuan kita bertambah, memanfaatkan talenta kepintaran yang Tuhan berikan dan juga mungkin di kemudian hari Tuhan bisa menggunakan keahlian ini.
“Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.”
Yeremia 17:10 (TB)
Fokus pada kemuliaan Tuhan di dalam membuat perencanaan terletak pada motivasi yang mendasari alasan kita melakukan sesuatu. Karena Dia melihat ke dalam hati setiap manusia dan bukan hanya melihat perbuatan mereka saja.
Manusia berencana tetapi Tuhan yang menentukan
Tahun yang baru merupakan momen yang baik untuk memulai sebuah komitmen. Kita bisa menggunakan tanggal dan bulan yang baru untuk mengukur seberapa konsisten kita di dalam melakukan sesuatu. Kita juga dapat menggunakan ukuran waktu ini untuk membantu kita merancang sebuah rencana di dalam kehidupan kita.
Namun, pada akhirnya, manusia boleh berencana tetapi Tuhanlah yang menentukan segala jalan-jalannya. Mungkin tahun yang baru ini tidak kita awali dengan gembira, mungkin sejak awalnya saja sudah ada banyak masalah yang menimpa kehidupan kita.
Atau kita mengawali tahun ini dengan optimis dan dengan semangat melakukan yang kita bisa kerjakan dengan sebaik mungkin, tapi lalu menemukan bahwa hasilnya tidak sebaik yang kita harapkan. Atau ada keadaan lain yang di luar kendali kita yang menghalangi pekerjaan kita.
Pikiran-pikiran seperti ini bisa membuat kita pesimis dan undur hati bahkan sebelum kita memulai komitmen kita. Tetapi jangan takut, kita tahu bahwa begitu kita berdoa dan meletakkan segala harapan kita kepada Tuhan, kita tidak sedang menjalani tahun 2022 ini sendirian. Allah berjalan bersama kita, baik di tempat yang terlihat baik dan mudah, maupun di tempat yang sementara terlihat sulit dan tidak nyaman.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Roma 8:28 (TB)
Asalkan kita senantiasa melangkah bersama-Nya dan terus terkoneksi dengan Dia, kita bisa menjalani tahun 2022 ini dengan yakin dan penuh dengan sukacita.
Sudahkah Sahabat membuat rencana tahun baru? Mari membuat rencana bersama Tuhan dan Ia akan memberkati segala harapan dan rencana kita. Amin.