fbpx

Peninggalan Orangtua

peninggalan orangtua

Saya sekeluarga menetap di rantau, jauh dari kerabat dan keluarga besar. Dua tahun lalu mertua saya datang untuk berkunjung dan tinggal dua bulan lamanya di rumah kami. Sungguh senang rasanya bila ada mereka di rumah – anak-anak bisa setiap hari bersama kakek dan neneknya. Suatu hal yang tidak bisa setiap hari dilakukan.

Sewaktu mereka hendak terbang kembali ke rumah, mereka harus meninggalkan beberapa barang karena kopernya sudah terlalu penuh dengan oleh-oleh untuk keluarga.

Saat koper dibongkar, saya melihat Alkitab milik ayah mertua. Saya bertanya, bolehkah Alkitab itu ditinggal untuk kami saja? Suami saya menegur karena dia tahu bahwa ayahnya membaca Alkitab itu setiap hari. Di dalamnya ada catatan-catatan beliau pribadi.

Tapi justru itulah saya meminta Alkitab itu menjadi milik kami. Dengan fakta kami tidak bisa sering bertemu orangtua, bisa memiliki sebuah benda sebagai pengingat akan mereka sangatlah menenangkan. Benda apakah yang paling baik selain Alkitab yang memang biasa mereka baca? Catatan di dalamnya akan menjadi harta karun yang berharga karena kami bisa belajar dari ayat-ayat yang dianggap penting oleh orangtua kami.

Harta warisan apa yang bisa kita tinggalkan

Kebanyakan orangtua ingin meninggalkan sesuatu sebagai warisan bagi anak dan cucunya. Mereka berharap bisa memberikan modal material agar keturunan mereka bisa hidup secara layak dan berkecukupan ketika mereka sudah tidak ada.

Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya, tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar. Amsal 13:22 (TB)

Sepanjang hidup, orangtua sibuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Apakah itu materi yang cukup, kesempatan untuk mendapat pendidikan setinggi-tingginya, atau warisan material untuk hari depan nanti. Orangtua ingin anak-anaknya memiliki masa depan yang cerah, supaya bisa memiliki hidup yang baik setelah mereka keluar dari rumah.

Tetapi sebenarnya apakah yang paling penting yang perlu kita tinggalkan untuk anak kita? Apakah pendidikan yang tinggi menjamin bahwa hati anak-anak kita akan penuh dengan cinta akan Tuhan dan kepada sesama? Ada anak-anak yang sudah mendapatkan pendidikan yang baik, memperoleh karir yang bagus tetapi tidak mempunyai kepedulian terhadap orang di sekitarnya.

Atau apakah uang menjamin keberlangsungan hidup anak-anak kita? Harta yang cukup untuk tiga keturunan sekalipun bila secara tidak bijaksana digunakan akan habis juga di dalam beberapa tahun saja.

Iman kita sebagai arah hidup anak-anak

Sejak awal, Allah sudah mengungkapkan kepada manusia bahwa apa yang mereka imani akan memberikan pengaruh kepada keturunannya. Di dalam 10 Perintah Allah pasal yang ke-dua, disebutkan jangan membuat patung untuk disembah, karena Allah adalah pencemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada keturunannya. Tetapi juga Dia adalah Allah yang menunjukkan kasih setiaNya kepada semua orang yang berpegang kepada perintah-Nya.

Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku. Keluaran 20:4-6 (TB) 

Hidup di dalam kebenaran dan mewariskan kebenaran ini kepada anak-anak kita haruslah menjadi tujuan setiap orangtua Kristen. Meskipun iman dan ketaatan adalah semata-mata pekerjaan Roh kudus di dalam diri seseorang, Tuhan sering menggunakan peran orangtua di dalam mempengaruhi kehidupan anak-anak mereka.

Jonathan Edwards, seorang pendeta dan teolog yang membawa kebangkitan Kekristenan di Amerika di tahun 1700an membuktikan hal ini. Jonathan Edwards menikah dengan istrinya Sarah, seorang perempuan yang takut akan Tuhan. Mereka memiliki 11 anak yang dididik di dalam pendidikan seturut dengan Alkitab.

150 tahun setelah kematiannya, diadakan sebuah penelusuran atas keturunan Jonathan Edwards. Penelitian ini menemukan bahwa di antara keturunan Jonathan Edwards adalah orang -orang sebagai berikut:

1 orang menjadi wakil presiden Amerika Serikat
3 orang menjadi senator Amerika Serikat
3 orang menjadi gubernur
3 orang menjadi walikota
13 orang menjadi rektor universitas
30 orang menjadi hakim
65 orang menjadi profesor di universitas
80 menjadi pegawai sipil
100 menjadi pengacara
dan 100 orang menjadi penginjil.

Pada kesempatan lain di negara bagian yang sama, ada seseorang yang melakukan penelitian di sebuah penjara di New York, Amerika Serikat dan menemukan bahwa ada puluhan narapidana di sana yang sebenarnya memiliki hubungan darah! Setelah diteliti, mereka menemukan sebuah silsilah keluarga dari seseorang bernama Max Jukes.

Max Jukes adalah seseorang yang tidak hidup berdasarkan Firman Tuhan, seorang pemabuk yang hidup menurut keinginannya sendiri. Dia menikah dengan istri yang dengan kelakuan serupa dengan dia dan menghasilkan lebih dari 1000 orang keturunan. Di antara keturunan keluarga Jukes ditemukan:

7 orang pembunuh
60 orang pencuri
50 perempuan asusila,
130 narapidana dengan bermacam-macam kejahatan
310 tunawisma
400 orang yang memiliki fisik tidak sempurna akibat obat-obatan dan lain sebagainya.

Anak-anak yang melihat kepada orangtuanya

Iman tidak diwariskan kepada anak-anak secara ajaib. Ketaatan seorang bapak tidak membuat si anak otomatis memiliki ketaatan kepada Tuhan. Tetapi di dalam ketaatan seorang orangtua kepada Tuhan, anak-anak mendapatkan kesempatan untuk melihat semuanya itu dan secara perlahan-lahan, dia akan terbiasa dengan pola hidup demikian.

Selain memberikan contoh hidup yang benar dan takut akan Tuhan, orangtua juga perlu secara aktif mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak mereka. Paulus memuji ibu dan nenek Timotius yang sudah mengajarkan apa yang baik kepada Timotius sehingga dia menjadi anak muda yang beriman dan hidup dengan baik.

Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam. Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku. Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. 2 Timotius 1:3-5 (TB)
Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. 2 Timotius 3:14-15 (TB)  

Bila kita hidup setia di dalam kebenaran Tuhan, dan dengan setia mengajarkannya kepada anak-anak, hal ini bisa dipakai oleh Roh Kudus untuk membentuk mereka menjadi generasi yang juga setia kepada Tuhan.

Allah adalah Bapa yang sejati

Bagaimana bila kita tidak memiliki orangtua yang memberikan contoh yang baik dalam kehidupan iman? Apakah hal itu berarti kitapun pasti terhilang? Pasti tidak bisa hidup di dalam kebenaran Firman Tuhan?

Tidak. Orangtua yang taat hanyalah salah satu wadah yang bisa dipakai Tuhan untuk membentuk anak-anak yang takut akan Dia. Ketaatan orangtua tidak pernah menjamin keselamatan anak-anaknya. Hanya melalui kuat dan kuasa Roh Kudus, seseorang mampu melihat karya keselamatan yang dikerjakan Tuhan Yesus Kristus di Golgota dan menerimanya. Hanya lewat pekerjaan Roh Kudus sajalah kita bisa berubah menjadi lebih baik, seperti yang Tuhan perkenankan.

Karena itu kita tidak perlu kecewa kalau ternyata orangtua dunia kita bukanlah orangtua yang “ideal”. Atau jangan tinggi hati bila memiliki orangtua yang tampak sudah dewasa secara rohani. Karena bagaimanapun keadaan orangtua kita, bila kita sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat kita, maka kita sudah menjadi anak-anak Allah, dan Dia menjadi Bapa kita.

Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Yohanes 1:12-13 (TB)

Apapun kondisi keluarga kita di dunia, kita bisa datang kepada Bapa yang di Sorga melalui Anak-Nya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus. Bila kita membuka hati untuk diubah, Allah akan mengutus Roh-Nya yang Kudus untuk membentuk kita menjadi pribadi yang baru, yang taat dan hidup sesuai kehendak-Nya.

Setelah itu, adalah tugas kita untuk terus hidup sesuai Firman-Nya, agak kehidupan dan iman kita bisa menjadi contoh dan warisan bagi anak-anak dan generasi berikutnya. Amin.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.