Hujan. Meskipun hujan itu berguna dan dibutuhkan, tidak semua orang menyukai hujan. Kebanyakan dari kita merasakan hujan sebagai suatu kesulitan. Jalan yang becek, jemuran yang sulit kering, kemacetan di jalan. Hujan sering kali memnghambat aktivitas kita, terutama aktivitas di luar rumah.
Apalagi kalau cuaca sedang tidak jelas – di kala matahari sedang terik tiba-tiba hujan datang. Atau mendung dan matahari bergantian secara bersamaan, suasan seperti ini sangat tidak nyaman. Kadang kita keluar rumah dengan badan kering dan menjadi basah kuyup oleh hujan yang tiba-tiba datang.
Tetapi apakah sahabat Pelita Terang tahu, bahwa pelangi hanya terjadi bila hujan selesai turun dan langit tiba-tiba cerah kembali? Hal yang bagi kita tidak terlalu menyenangkan seperti hujan yang tiba-tiba turun di hari yang cerah, justru adalah kesempatan kita untuk melihat pelangi.
Seberkas bahagia di balik kesusahan
Seperti cuaca yang berubah-ubah, hidup juga sering sekali tidak stabil. Di hari-hari di mana rasanya semua tenang dan cerah, tiba-tiba kita dihadapkan kepada masalah. Atau bahkan terkadang masalah timbul silih berganti, membuat kita bertanya-tanya, akan adakah hari cerah? Akan adakah hari di depan di mana saya tidak lagi hidup di dalam kesulitan seperti sekarang ini?
Tetapi persis seperti pelangi datang setelah hujan turun, justru rasa bahagia itu bisa dan semakin bisa dirasakan setelah kita mengalami kesusahan. Duh, pasti banyak yang tidak setuju ya pernyataan ini. Masak sih saya harus susah dulu baru bisa bahagia?
Andai hidup kita terus lancar, terus sehat, keluarga yang hangat, pekerjaan dan keuangan tidak pernah ada masalah – bisa jadi kita tidak lagi terlalu menghargai berkat Tuhan di dalam kelancaran hidup kita. Banyak orang yang tidak lagi bisa bahagia ketika hidupnya sedang berada di ‘atas’, karena semua kelancaran tanpa kesusahan membuat hidup kita monoton dan akhirnya kita pun tidak lagi bisa menghargai kebahagiaan.
Kesulitan sering membawa kita masuk ke dalam perasaan berdukacita, dan dukacita membawa kita kepada keputusasaan. Tetapi Tuhan Yesus menyediakan penghiburan bagi siapa yang berada dalam kesusahan.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Matius 5:4 (TB)
Manusia yang sudah jatuh dalam dosa
Sangatlah wajar bila kita semua menginginkan kebahagiaan yang tidak pernah putus. Hidup bahagia tanpa masalah – adalah kerinduan setiap manusia. Tetapi kita perlu ingat bahwa pada dasarnya akan selalu ada masalah karena kita hidup di dalam dunia yang sudah mengalami kejatuhan.
Pada waktu Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan untuk tidak memakan buah dari Pohon Pengetahuan, manusia masuk ke dalam kejatuhan. Artinya rancangan Tuhan akan dunia yang indah sudah rusak oleh dosa. Manusia menerima hukuman atas ketidaktaatannya: Adam perlu bersusah payah untuk mencari makan, Hawa mengalami kesakitan di dalam masa mengandung dan melahirkan. Juga manusia akan terus berada di dalam permusuhan yang panjang dengan kejahatan.
Firman-Nya kepada perempuan itu: "Susah payahmu waktu mengandung akan Kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu." Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." Kejadian 3:16-19 (TB)
Sebuah konsekuensi yang besar yang atas tindakan yang dilakukan oleh nenek moyang kita, dan yang dampaknya masih kita rasakan sampai sekarang. Hidup kita akan selalu diwarnai dengan kesusahan karena kita hidup di dalam dunia yang sudah penuh dosa. Itu adalah kenyataan.
Tetapi apakah kenyataan manusia berhenti di titik itu? Apakah kesusahan menjadi keadaan final bagi kehidupan kita?
Tuhan yang mengulurkan tangan dan memberikan kelegaan
Meskipun manusia pertama tidak patuh kepada perintah Tuhan dan akhirnya diberikan hukuman atas perbuatannya, Tuhan tidak meninggalkan mereka begitu saja. Tuhan membuatkan pakaian dari kulit binatang (Kejadian 3: 21) sebagai penutup dan pelindung bagi tubuh mereka yang terbuka – yang tadinya tidak perlu diperlukan, karena di dalam Taman Firdaus yang sempurna tidak ada rasa kedinginan, rasa tidak aman, dan rasa malu.
Tuhan membiarkan anak-anakNya menanggung konsekuensi atas perbuatannya: harus bekerja keras dan mengalami kesusahan – tetapi di saat yang sama Ia memberikan topangan, kekuatan, dan jalan keluar bagi manusia untuk melewati hidup yang keras itu. Bahkan Ia memberikan seorang Juruselamat bagi kita, agar hubungan manusia dengan Allah yang sudah terputus bisa kembali dipulihkan.
Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik. Titus 2:12-14 (TB)
Habis hujan, terbitlah pelangi. Meskipun terkadang kita kesal karena hari kita tidak cerah dan di dalam hidup kita memenuhi kesulitan, yakinlah bahwa di balik awan itu, ada pelangi – kekuatan dan sukacita Tuhan yang dianugerahkanNya kepada kita semua.
Kesulitan kita tidak berlaku selamanya, ada Tuhan yang memberikan kelegaan – tepat di waktu-Nya. Amin.
Jalan hidup tak selalu
Tanpa kabut yang pekat
Namun kasih Tuhan Nyata
Pada waktu yang tepat
Mungkin langit tak terlihat
Oleh awan yang tebal
Di atasnya lah membusur
Pelangi kasih yang kekal
Habis hujan tampak pelangi
Bagai janji yang teguh
Dibalik duka menanti
Pelangi kasih Tuhanku