Sahabat Sejati

Sahabat Sejati - Pelita Terang

Saya memiliki seorang sahabat yang begitu akrab seperti seorang saudara sendiri. Beberapa waktu lalu suami sahabat saya ini mengalami perubahan situasi pekerjaan yang berdampak besar bagi kondisi mereka. Sahabat saya berbagi cerita dan bebannya kepada saya. Katanya, “Hanya kepada kamu aku ceritakan hal ini. Bahkan kepada ibuku sendiri, aku belum bisa bercerita karena tidak mau membuat dia kuatir. Tolong doakan kami, ya.”

Begitupun dengan saya, di saat saya mengalami kesulitan yang tidak dapat saya bagi dengan orang lain, saya selalu datang dan bercerita kepada sahabat ini. Keriangan yang mungkin dianggap orang lain tidak penting, atau keluh kesah yang terasa sebagai beban, kami bagi berdua. Sungguh saya sangat bersyukur boleh memiliki seorang sahabat yang selama lebih dari 20 tahun berbagi kehidupan dengan saya.

Salomo mengatakan: Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. Amsal 17:17 (TB)
Salomo mengatakan: Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. Amsal 17:17 (TB)  

Memiliki seorang sahabat yang sedemikian merupakan anugerah Tuhan di dalam hidup kita.

Memilih teman

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial. Kita memerlukan sesama untuk dapat hidup dengan baik. Kita diciptakan tidak sendirian, dan tidak diciptakan untuk hidup demi diri sendiri. Kita membutuhkan kehadiran orang lain untuk memenuhi hidup kita, dan sebaliknya, adalah tugas kita untuk memberikan sebagian dari diri kita untuk kebaikan hidup orang lain.

Orang mencari teman dan sahabat berdasarkan kesamaan di dalam usia, latar belakang, minat, status sosial dan sebagainya. Atau anak-anak sekarang menemukan sahabat hanya karena mereka menyenangkan. “Ya, soalnya dia orangnya asyik sih! Saya suka hang out dengan dia. Dia orangnya fun!”

Tapi apa sebenarnya arti seorang sahabat yang benar? Seorang teman yang selalu menyenangkan, apakah dia bisa dikatakan sebagai sahabat yang sejati?

Kitab Amsal sendiri mencatat beberapa nasehat yang tentang pertemanan:

  1. Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang. – Amsal 13: 20 (TB)
  2. Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya. – Amsal 27: 17 (TB)
  3. Janganlah berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah, supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri. – Amsal 22: 24 – 25 (TB)

Dari sini kita belajar bahwa kita perlu selektif di dalam memilih teman. Lho, bukankah kita diajarkan untuk tidak memandang bulu di dalam bergaul? Ya, betul. Kita perlu mengasihi semua orang, apapun keadaan mereka. Tetapi berteman berarti kita sedang membangun keakraban. Kita sedang memberikan diri kita untuk dipengaruhi dan mempengaruhi.

Kita perlu berhati-hati di dalam memilih teman karena pastilah kita juga mendapatkan pengaruh dari mereka, baik pengaruh yang baik maupun pengaruh yang buruk. Jangan sampai oleh karena pergaulan yang buruk, kita menjauh dari kebenaran Tuhan.

Sahabat yang benar

Sahabat memiliki arti yang lebih mendalam dibandingkan seorang teman. Sahabat adalah seseorang teman yang lebih dekat dari teman biasa. Amsal melukiskan seorang sahabat sebagai seorang yang mengasihi kita setiap waktu. Artinya adalah baik di waktu kita sedang senang dan susah, dia ada untuk kita dan menerima keadaan kita apa adanya. Tidak mudah mencari teman di dalam masa kesukaran – di saat seperti itulah seseorang diuji apakah dia teman biasa atau sahabat bagi kita.

Sahabat yang benar juga digambarkan bisa lebih karib daripada seorang saudara. Apa yang tidak bisa kita dengan mudah katakan pada keluarga, mungkin pada sahabatlah dapat kita ceritakan. Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib daripada seorang saudara.

Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.
Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. Amsal 27:5-6 (TB)

Sahabat yang baik juga berani untuk mengoreksi di saat kita melakukan kesalahan. Dia tidak tinggal diam melihat teman baiknya tersesat. Seorang sahabat akan berani bersikap keras kepada kita demi kebaikan, dibanding dengan orang yang bermulut manis tetapi membiarkan kita jatuh kepada lobang yang dalam (Amsal 27: 5 – 6)

Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.
Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah. Amsal 27:5-6 (TB)

Sahabat yang baik tidak akan hanya mementingkan kepentingannya sendiri, tetapi juga memikirkan kepentingan orang lain. Bersama-sama sahabat kita bisa saling bertolong-tolongan dalam menanggung beban kehidupan. (Filipi 2: 4, Galatia 6: 2)

dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. (Filipi 2:4TB)
Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Filipi 2:1-4 (TB) 
Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Galatia 6:2 (TB)
Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. Galatia 6:2 (TB) 

Sahabat yang sejati

Sungguh adalah anugerah yang besar bila kita memiliki seorang sahabat seperti yang digambarkan di atas. Sahabat yang benar, sahabat yang terasa lebih erat dibandingkan keluarga kita sendiri.

Tapi kita juga hidup di dalam dunia yang sudah jatuh di dalam dosa, di dalam dunia yang tidak lagi sempurna. Kita pasti pernah dan akan pernah mengalami kekecewaan yang disebabkan oleh seorang sahabat yang tidak setia. Sahabat yang mengkhianati kepercayaan kita. Sahabat yang merusak kehidupan kita.

Mungkin anda adalah salah satu orang yang mengalami kekecewaan ini dan tidak lagi percaya akan arti persahabatan. Tetapi janganlah lupa, di atas semua sahabat yang terbaik yang bisa kita dapatkan di dunia ini, ada satu Sahabat yang sejati. Sahabat yang memenuhi semua kriteria yang saya bagi di atas – dan bahkan lebih banyak lagi.

Yohanes mencatat: Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Yohanes 15:13 (TB). 
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Yohanes 15:13 (TB).

Yesus-lah Dia, sahabat yang sudah memberikan hidupNya untuk kita, bahkan tidak ragu untuk mati di kayu salib menggantikan kita yang seharusnya menanggung akibat dari dosa.

Apakah respon kita terhadap tawaran persahabatan dari Tuhan?

Tuhan Yesus sudah mengulurkan tangan-Nya dan menawarkan sebuah janji bahwa Dia-lah Sang Sahabat Sejati, yang tidak akan pernah meninggalkan kita, yang akan selalu ada untuk kita, baik di masa yang senang maupun dalam masa kesusahan.

Bagaimanakah kita harus merespon kasih Tuhan? Bagaimanakah kita harus bersikap sebagai sahabat yang baik bagi Dia?

Yesus melanjutkan perkataannya dengan ayat di bawah ini.

Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Yohanes 15:14-15 (TB)  
Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Yohanes 15:14-15 (TB)  

Allah telah menyatakan segala sesuatu kepada kita melalui Anak-Nya di dalam Firman-Nya di dalam Alkitab. Bila kita sungguh mengasihi Yesus dan mau menjadi sahabat-Nya, kita perlu untuk mempelajari Firman Tuhan dengan sungguh-sungguh karena dengan cara begitulah kita bisa mengetahui apa yang menjadi kehendak-Nya.

Dan setelah kita betul-betul mengerti kehendak-Nya, kita mau melakukannya di dalam hidup kita. Karena kita yakin dan percaya, bahwa kehendak Tuhan itu semua baik dan indah bagi kita.

Marilah kita menyambut persahabatan yang diulurkan Tuhan kepada kita, dengan berkata,

“Ya Tuhan, aku mau menjadi sahabat-Mu. Aku mau belajar Firman-Mu dan menuruti segala perintah-Mu.”

Amin.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.