“Apa kabar, Mbak?” Tanya saya kepada seorang teman di melalui pesan telepon. Teman saya ini baru sakit, seminggu yang lalu sempat dirawat di rumah sakit. Dia masih dalam masa pemulihan dan belum sepenuhnya fit kembali. Waktu saya bilang semoga semakin hari semakin sehat, dia menjawab: “Ya de, Tuhan kita baik.”
Jawaban ini membuat saya lama merenung. Tuhan kita baik. Bagaimana orang yang sedang mengalami kesulitan mengatakan bahwa Tuhan itu baik? Apakah benar Tuhan itu baik? Apakah kita bisa melihat bahwa Dia itu baik?
Kalau Tuhan itu baik, mengapa ada begitu banyak penderitaan?
Ini adalah pertanyaan semua orang dan argumen populer ketika orang yang belum percaya mendengar cerita tentang Tuhan dan kebaikan-Nya. Iya juga ya, kalau memang Dia baik, mengapa kita sakit? Mengapa kita mengalami banyak kesulitan?
Dunia yang kita hidupi ini bukanlah dunia yang sempurna seperti dunia yang Tuhan ciptakan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Dosa yang dimulai oleh manusia pertama membawa konsekuensi yang efeknya kita alami sampai hari ini. Kita hidup di dalam dunia yang sudah rusak, kita hidup sebagai manusia yang sudah rusak, dan kita hidup bersama sesama kita yang juga tidak lagi sempurna sebagaimana Allah menciptakan manusia pada awalnya.
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,
Roma 3:23 (TB)
Semua hal ini membuat kita tidak bisa berpaling daripada penderitaan, sakit-penyakit, pengkhianatan, perasaan terluka, perang, dan lain sebagainya. Inilah realita kita yang memang ada sampai Tuhan datang kembali untuk kedua kalinya dan mengukuhkan Tahta-Nya.
Kita sudah selamat, namun masih di perjalanan
Apakah Allah tidak peduli dengan manusia yang Dia ciptakan? Apakah Tuhan membiarkan ciptaan-Nya menderita? Tidak! Sama sekali tidak! Tuhan tidak tinggal diam. Sejak awal manusia jatuh dalam dosa, Ia sudah membuat sebuah Rencana Keselamatan yang besar bagi manusia.
Allah memberikan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus dosa semua orang, sehingga bila kita percaya kepada-Nya, kita tidak akan binasa. Tetapi Tuhan mengizinkan kita melalui sebuah proses untuk bisa dibentuk oleh-Nya. Kematian dan kebangkitannya 2000 tahun lalu tidak serta merta membawa manusia kembali ke Taman Eden. Kita masih harus menjalani kehidupan di dunia ini sampai waktu-Nya tiba.
Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
1 Korintus 13:12 (TB)
Keadaan manusia berdosa ibarat sebuah kapal besar berada di tengah samudera luas yang mengalami badai besar. Orang-orang menjerit meminta pertolongan, putus asa karena ingin tetap hidup sementara kapal sudah hampir karam.
Lalu datanglah sebuah kapal yang memberikan pertolongan. Siapa mau selamat, diundang masuk ke dalam kapal ini. Tetapi tidak semua orang mau masuk ke sana. Ada yang ragu apakah kapal ini memang bisa menyelamatkan mereka dari bahaya, mungkin kapal ini buruk fisiknya, mungkin tidak terlalu meyakinkan penampilannya.
Sebagian orang menerima pertolongan ini dan masuk ke dalam kapal penyelamat itu. Mereka sangat lega karena sudah selamat! Tapi beberapa orang mulai sadar bahwa perjalanan ke daratan ternyata panjang dan kapal penyelamat ini tidak senyaman yang mereka bayangkan dan inginkan. Orang-orang ini mulai mengeluh mengapa tidak ada kamar tidur dan makanan yang mewah, mengapa ada rasa dingin, mengapa masih susah padahal sudah diselamatkan?
Kita dikuduskan dan dibentuk melalui kesulitan
Kehidupan manusia yang terjerat dalam dosa dan menerima pembebasan digambarkan di Alkitab dalam perjalanan bangsa Israel. Bagaimana Tuhan melepaskan mereka dari tangan Mesir yang menekan dengan kuat – dan bagaimana bangsa Israel tidak langsung percaya. Bahkan setelah diselamatkan terus hidup mengeluh sampai-sampai seluruh angkatan yang keluar dari Tanah Mesir tidak diizinkan Allah untuk masuk ke dalam Tanah Perjanjian.
Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.
Ulangan 8:2 (TB)
Allah membiarkan bangsa Israel berjalan melalui jalur yang berputar selama empat puluh tahun, padahal ada jalan lain yang lebih singkat. Hal ini dilakukan karena Ia ingin mengajarkan Firman dan perintah-Nya. Ia ingin bangsa Israel mengasihi Dia dan hidup menurut kehendak-Nya.
Lebih dari 400 tahun bangsa Israel diam sebagai budak di tanah Mesir. Mereka sudah tidak lagi mengenal Allah yang benar dan sejati. Mereka perlu menjalani sebuah masa di mana mereka bisa mengenal Allah dan segala kuasa-Nya.
Sama seperti itu juga, kita tidak serta merta dibawa Tuhan kembali ke surga setelah kita diselamatkan. Orang percaya dibawa-Nya melalui sebuah proses, supaya kita pun bisa belajar bagaimana menjadi anak-anak Allah yang hidup.
Kesulitan hidup, penderitaan, sakit penyakit merupakan saat di mana kita melihat kehadiran Allah dan kuasa-Nya di dalam kehidupan kita. Kita belajar untuk menggantungkan diri sepenuhnya kepada-Nya. Setiap langkah kita belajar untuk menjadi semakin mirip dengan Kristus.
Allah selalu dekat dengan kita
Selama 40 tahun di padang gurun, Allah selalu hadir di dalam kehidupan bangsa Israel. Tiang awan di waktu siang dan tiang api di waktu malam menjadi bukti atas kehadiran-Nya. Selama itu bangsa Israel tidak kekurangan makanan. Pakaian dan kasut mereka tidak rusak padahal dikenakan selama puluhan tahun! (Ulangan 29: 5)
Begitu juga sekarang, meskipun kita menjalani perjalanan yang berat dan panjang dan terkadang ada kesulitan, meskipun kita belum sampai kepada kemuliaan yang indah, tapi kita tahu bahwa Allah sedang ada bersama-sama dengan kita. Sedetikpun Dia tidak meninggalkan kita! Pertolongan-Nya selalu ada di waktu yang tepat bagi kita.
Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab TUHAN, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”
Ulangan 31:6 (TB)
Dulu, bangsa Israel bisa melihat kehadiran Allah di dalam bentuk tiang awan dan tiang api dengan mata kepala mereka sendiri. Tapi ternyata lambang kehadiran-Nya yang suci seringkali tidak diindahkan oleh mereka.
Kita yang hidup di zaman ini sangatlah beruntung. Sebelum Kristus datang ke dunia, manusia belum mendapatkan Firman-Nya secara lengkap, keselamatan masih berupa janji yang belum terwujud. Tapi sekarang kita adalah umat yang sudah merdeka! Dan kita memiliki Alkitab yang lengkap untuk membimbing kita di dalam setiap langkah kita di kehidupan ini.
Tuhan baik, Kasih Setia-Nya ada selamanya
Ketika bangsa Israel pulang dari Babel dan kembali ke Yerusalem, mereka membangun kembali Bait Suci yang sudah diruntuhkan. Pada saat dasar Bait Suci diletakkan oleh tukang-tukang bangunan, para imam dan orang Lewi mulai memuji-muji Tuhan, katanya
Secara berbalas-balasan mereka menyanyikan bagi TUHAN nyanyian pujian dan syukur: “Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya kepada Israel!” Dan seluruh umat bersorak-sorai dengan nyaring sambil memuji-muji TUHAN, oleh karena dasar rumah TUHAN telah diletakkan.
Ezra 3:11 (TB)
Bait Allah belum lagi selesai, bangsa Israel baru saja mengalami penderitaan selama berpuluh tahun di pembuangan. Mereka pulang kepada kota yang hancur. Mereka masih ada di dalam keadaan yang belum nyaman. Tapi mereka bisa bernyanyi dan memuji Tuhan dan berkata bahwa Tuhan itu baik.
Kenapa? Karena mereka melihat Tangan-Nya sudah menuntun mereka keluar dari Babel, sehingga meskipun kemuliaan-Nya belum sepenuhnya dinyatakan, tapi mereka punya pengharapan dan gambaran akan kemuliaan yang ada menantikan mereka.
Mereka melihat kesetiaan Tuhan yang selalu terbukti. Meskipun nenek moyang berkali-kali menjauh dari Tuhan dan masuk ke dalam penghukuman, tapi Tuhan setia dan selalu menepati janji-Nya dan mengeluarkan mereka dari kesesakan.
Pujilah Tuhan karena Ia baik!
Di dalam Alkitab, paling tidak ada lima puluh ayat yang menuliskan kasih setia Allah ada untuk selama-lamanya. Ini adalah sebuah janji, bukti dan pegangan yang teguh bagi kita: kasih setia Allah ada untuk selama-lamanya!
Jika aku berada dalam kesesakan, Engkau mempertahankan hidupku; terhadap amarah musuhku Engkau mengulurkan tangan-Mu, dan tangan kanan-Mu menyelamatkan aku.
Mazmur 138:7-8 (TB)
TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya; janganlah Kautinggalkan perbuatan tangan-Mu!
Karena itu janganlah kita gentar. Hidup kita mungkin sulit. Tapi kehadiran Allah dan kasih setianya ada untuk selama-lamanya. Kita bisa setiap saat datang kepada-nya dan memohon pertolongannya di dalam hidup kita. Dia Allah yang setia yang tidak pernah meninggalkan anak-anaknya.
Karena itu marilah kita bersyukur. Seperti kata teman saya: Tuhan kita baik! Terpujilah Nama-Nya. Amin.