“Mama, aku tadi dua kali menangis di sekolah,” tiba-tiba si bungsu berujar. Saya sedang bermain piano ketika dia pelan-pelan mendekat ke punggung saya dan berkata demikian. Mendengar suaranya yang serius, saya langsung berhenti bermain dan memeluk dia.
“Kamu tadi dipukul oleh Joni,” jawab saya. Dia sudah bercerita tentang hal ini sewaktu saya menjemput anak-anak di sekolah. “Itu satu, apa alasan kedua kamu menangis di sekolah?” sambung saya lagi.
Si Bungsu menggeleng, “Aku tidak mau cerita.” Hati saya seketika menciut mendengar jawabannya. Si Bungsu ini bisa sangat erat menyimpan sendiri hal-hal yang menyusahkan hatinya. Matanya mulai merah menahan air mata, dan saya tahu dia sangat terganggu dengan persoalan tersebut, tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa kalau dia tidak mau terbuka dengan saya.
Si bungsu saya ini masih kecil, baru 7 tahun usianya. Baru duduk di sekolah dasar kelas dua. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau dia nanti tambah besar dan bertemu dengan lebih banyak masalah, tetapi tidak mau membicarakannya dengan saya. Apalagi di zaman sekarang anak-anak sering sekali mengalami kasus bullying di sekolah.
Sambil memeluk dia, saya berkata, “Tidak apa-apa kalau kamu tidak mau bercerita sekarang. Tetapi Mama harap kamu mengerti kalau Mama ingin menolong kamu, dan Mama sulit membantu kalau tidak tahu apa masalahnya.” Setelah membujuk dan berjanji pada si Bungsu kalau saya tidak akan panjang membahas masalah ini, diapun bercerita sambil menangis bahwa ada teman yang mengejek dia hari itu.
Ejekan teman bisa jadi terasa sebagai masalah yang kecil bagi kita orang dewasa, tetapi untuk seorang anak berusia 7 tahun- hal ini menjadi gangguan besar baginya. Sebagai seorang ibu, rasanya tidak rela bila anak saya harus sendirian menanggung deritanya. Saya juga tidak ingin dia berkembang sambil memiliki image yang salah tentang dirinya, atau mengambil keputusan yang tidak bijaksana karena kurang pengetahuannya.
Saya ingin menyediakan bukan saja sebuah pelukan dan kepastian bahwa saya mencintai dia, dan Tuhan mencintai dia – apapun masalah yang sedang dialami. Dan saya ingin memastikan bahwa saya bisa membimbing dia melewati masa-masa yang sulit, menyediakan dia kekuatan dan juga menunjukkan jalan yang aman.
Allah yang bersimpati dalam persoalan kita
Perasaan saya yang helpless ketika anak saya sedih dan tidak mau bercerita membuat saya berpikir bahwa mungkin itulah perasaan Allah ketika saya sedang berada di dalam kesulitan dan saya tidak datang kepadaNya.
Allah bukanlah Allah yang dingin dan tidak tergerak oleh keadaan anak-anakNya. Kita memiliki Allah yang luar biasa, karena Allah yang kita sembah bukan hanya Tuhan yang berada di atas segalanya, tetapi juga Tuhan yang pernah mengalami sendiri segala keterbatasan dan kelemahan sebagai manusia.
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. Ibrani 4:15-16 (TB)
Tidak ada orangtua yang hatinya tidak ikut trenyuh di saat anak-anaknya mengalami masalah. Meskipun anak-anak sering sekali merasa tidak aman untuk bercerita karena mungkin merasa orangtuanya akan memarahi, tidak bisa bersimpati, atau terlalu sibuk untuk mendengar, kita perlu tahu dan yakin bahwa Allah peduli, dan Allah turut merasakan perasaan kita di saat yang sulit. Jangan ragu untuk datang kepadaNya, karena justru Dia lah yang paling paham akan segala penderitaan yang paling dalam karena Kristus sudah mengalami penderitaan di Golgota.
Allah yang ingin memberikan kelegaan
Mengapa saya ingin anak saya datang kepada saya di saat dia susah? Karena saya ingin memeluk dia erat, dan membuat dia merasa lega karena dia tahu bahwa saya mencintai dia apapun pandangan orang lain akan dirinya.
Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." Matius 11:28-30 (TB)
Yesus menawarkan secara pribadi sebuah undangan untuk datang kepadaNya. Dia ingin memberikan kelegaan kepada kita. Sebuah kelegaan yang bukan berarti masalah kita saat itu akan hilang begitu saja, tetapi sebuah kelegaan karena kita bisa belajar dari PribadiNya dan bersamaNya kita mendapatkan ketenangan.
Masalah yang kita alami mungkin tidak otomatis hilang, tetapi bersama Yesus kita memiliki ketenangan untuk menghadapinya. Kita tahu bahwa kita tidak sendirian, dan apapun yang kita hadapi, kita menghadapinya dengan ringan karena bersama dengan Yesus, kita tidak lagi mengejar untuk memuaskan dan memenuhi tuntutan manusia, tetapi kita ingin mengikuti kehendak Allah, yang selalu baik dan menyenangkan bagi kita.
Allah yang membimbing di jalan yang benar
Mazmur 23 adalah salah satu pasal dari Alkitab yang banyak membantu saya di masa-masa yang suram. Daud menulis Mazmur ini berdasarkan pengalamannya sendiri sebagai seorang gembala yang bertaruh nyawa untuk melindungi domba-dombanya. Dia menaruh dirinya sebagai sebagai sosok domba yang lemah dan bergantung penuh pada si gembala untuk melewati lembah yang berbahaya. Domba yang tersesat dan terlepas dari kawanannya akan menemui kesulitan untuk bertahan hidup dan bisa mati di padang karena kelaparan, atau menjadi mangsa binatang buas.
Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. Mazmur 23:1-4 (TB)
Di dalam masalah dan kesulitan, Allah berjanji untuk membimbing kita di jalan yang benar menuju kepada air yang tenang. Sama seperti orangtua yang ingin membimbing anaknya menuju masa depan yang baik, jangan sampai tersesat dan terperosok makin jauh – Allah menginginkan hal yang sama untuk manusia!
Gada dan tongkat Tuhan membimbing kita untuk tetap berada di jalan yang benar, dan di saat yang sama dipakai untuk menghalau bahaya jahat yang mengancam dari balik kegelapan. Ketika kita melihat Gembala kita siap dengan gada dan tongkatNya, kita merasakan sebuah ketenangan karena kita tahu kita tidak sendirian, dan ada sang Gembala yang melindungi kita dengan kekuatanNya yang tidak pernah gagal.
Bagaimana kita datang kepada Bapa kita
Butuh keberanian untuk datang kepada orangtua kita di saat kita sedang ada dalam masalah. Kita merasa mungkin mereka akan marah bila tahu kita terjebak dalam masalah yang adalah akibat dari kesalahan kita sendiri. Sama seperti itu kita sering tidak punya keberanian untuk datang mendekat kepada Allah Bapa kita karena kita merasa tidak pantas mendekat karena sudah melakukan kesalahan.
Alasan lain mengapa anak sulit datang kepada orangtuanya adalah karena mereka merasa bisa mengatasi masalahnya sendiri. Tetapi bahkan bila kita pun ingin anak mandiri, kita orangtua tetap merasa ingin tahu bagaimana mereka menyelesaikan persoalannya. Jangan sampai kita tidak mau datang kepada Allah karena ingin menanggung masalah kita dengan kekuatan kita sendiri. Allah adalah Allah yang ingin memberikan kekuatanNya kepada kita supaya kita tidak capek sendirian.
Berdoa adalah sebuah cara untuk datang secara langsung kepadaNya. Allah senang bila anakNya datang kepadaNya, baik menceritakan tentang hal-hal yang menyenangkan atau bila kita datang dengan kesusahan. Hanya ketika kita datang kepadaNya menyerahkan kesusahan kita di kakiNya, di situlah baru kekuatan dan kelegaan bisa dialirkan bagi kita dari surga.
Firman Tuhan adalah Tongkat Gembala yang bagi kita sekarang ini. FirmanNya berisi bijaksana, petunjuk dan larangan yang bila kita turuti bisa memastikan bahwa kita berjalan di jalan yang benar. Berdoa dan membaca Firman Tuhan tampak seperti kewajiban yang biasa, tetapi bila dilakukan dengan hati yang sungguh-sungguh terbuka bagi pertolongan Tuhan, bisa memberikan kelegaan yang luar biasa di dalam masa kesesakan.
Jangan takut untuk datang kepada Tuhan, Dia adalah Allah Bapa kita, yang ingin bersama-sama dengan kita di dalam setiap waktu, terutama ketika kita membutuhkan pertolonganNya.